Skip to main content

Nasi Kuning Pangkep Cabang Ampera: Hidung Terhipnotis, Lidah Termanjakan

Di Kota Jayapura, kuliner Pangkep yang enak bukan hanya Ikan Bakar dan Konro, tetapi juga Nasi Kuningnya.  Tidak percaya? Datanglah ke bilangan Pasar Ampera, tepatnya di samping toko legendaris "Saudara Dua", untuk mencicipi Nasi Kuning Pangkep. Nasi kuning dijual di gerobak dan mulai buka setiap hari dari jam 06.00 pagi, kecuali hari Minggu. Penjualnya, seorang ibu perantau dari Pangkep, Sulawesi Selatan yang sepertinya sudah naik haji.  Jadi bisa jadi dinamakan Nasi Kuning Pangkep karena penjualnya orang Pangkep.  Saya pertama kali kenal nasi kuning ini dari tetangga yang juga orang Pangkep.  Katanya enak, jadi beliau sering beli di sana. 
Nasi Kuning Pangkep Cabang Ampera

Lauk pelengkap nasi kuning tersedia macam-macam.  Ada telur bulat balado, telur ceplok dan ikan ekor kuning (tuna). Selain itu, porsinya bisa diatur. Tergantung kemampuan dompet dan daya tampung lambung tengah.  Ibu Haji menyediakan porsi setengah dan porsi full. Harganya pun cukup bersahabat. Untuk porsi full dengan menu telur (ceplok atau bulat), harganya Rp. 16.000, sementara nasi kuning ikan porsi full harganya  hanya Rp. 18.000,-. Untuk porsi setengah, harganya berkisar antara Rp.10.000 - 14.000,-.  Selain mengatur porsi, penikmat setia juga dapat menambah ikan dan telur, dengan membayar lebih tentunya.  Untuk menambah sensasi kriuk-kriuk saat mencicipinya, Nasi Kuning Pangkep dilengkapi dengan krupuk.

Dari sejarahnya, nasi kuning telah dikenal orang Jawa sejak ratusan tahun yang lalu atau tepatnya sejak Pulau Jawa masih merupakan kerajaan Hindu. Masyarakat Jawa yang beragaman Hindu menjadikan nasi kuning sebagai persembahan kepada dewa dewi yang dipercaya tinggal di gunung-gunung.  Persembahan tersebut sebagai bentuk kesyukuran atau memohon keselamatan kepada dewa dewi. Setelah agama Islam tersebar di Pulau Jawa, nasi kuning tetap dilestarikan meskipun fungsinya tidak lagi sebagai persembahan kepada dewa dewi tetapi mulai dijadikan hidangan di pesta atau hajatan masyarakat.
Menu Nasi Kuning Telur Pangkep Porsi Setengah

"Hidung terhipnotis, lidah termanjakan", adalah kata-kata yang tepat menggambarkan Nasi Kuning Pangkep. Hidung dihipnotis oleh aroma khas bihun yang digoreng garing bercampur aroma sambal  khas bugis sebagai pelengkap menu di dalamnya. Wanginya sangat khas dan sedikit tajam sehingga mudah tercium bagi siapa pun yang mendekat ke gerobak, tempat nasi kuning tersebut dijajakan. 

Lalu bagaimana nasi kuning ini memanjakan lidah penikmatnya? lidah termanjakan oleh rasa sedap yang tercipta melalui perpaduan bumbu masakan racikan Ibu Haji. Dari rasanya, jenis bumbu yang digunakan Ibu Haji dapat ditebak.  Bumbu-bumbu tersebut antara lain, santan kelapa, kunyit, cabe, garam, sedikit penyedap rasa, minyak goreng dan tentu saja bawang merah serta bawang putih.

Nasi kuning ini memang beda dari kebanyakan nasi kuning di kota yang di zaman Belanda dinamai Port Numbay. Mengapa berbeda karena Nasi Kuning Pangkep yang satu ini tidak sebatas memanjakan lidah seperti kebanyakan nasi kuning lainnya. Tetapi juga hidung terhipnotis oleh aroma bihun goreng campur sambal bugis pembangkit selera makan.  Jadi ada dua value yang didapatkan penikmatnya ketika mencicipi yaitu aroma khas yang terindra hidung dan rasa yang menggoyang lidah.

Saya pribadi, sepertinya sudah ketagihan dengan Nasi Kuning Pangkep ini.  Hampir setiap weekend saya rela berkerumun mengantri demi menikmatinya.  Hal yang selalu membuat kangen adalah aroma singkong serutnya yang bagi saya tak hanya menghipnotis hidung tetapi juga membangkitkan selera makan.  Karena selera makan kadang menggebu-gebu, tak ada istilah berhenti sebelum nasi kuning ini habis tak bersisa.
 
Dari hari ke hari, untuk mencicipi Nasi Kuning Pangkep Cabang Ampera butuh sedikit kesabaran.  Sebab penggemarnya makin banyak yang tak putus-putusnya datang demi mengantri untuk menikmatinya.  Pergi satu, datang satu atau lebih.  Para penikmat setianya biasanya tidak memesan satu tetapi lebih. Bahkan kadang ada yang memesan empat bungkus sekaligus.  Jadi waktu ngatrinya makin lama.  Dan perlu sobat ketahui bahwa Ibu Haji hanya melayani sistem bungkus atau tidak menyediakan meja dan tempat duduk untuk makan di tempat. Jadi jika sobat ingin menikmatinya harus dibawa pulang atau cari tempat untuk mencicipinya.

Di masa pandemi, warung ini tetap buka. Hal ini karena sistemnya tidak sikat di tempat tetapi dibungkus bawa pulang atau bahasa milenialnya take away.  Jadi tidak terlalu terpengaruh dengan makhluk halus yang namanya Corona.  Meskipun demikian, sebaiknya menggunakan masker saat mengantri karena tempatnya sering dipadati penikmat setianya.  Kadang mereka harus berdesak-desakan dan mengatri lama demi menikmati hipnotis dan manjaan Nasi Kuning Pangkep yang satu ini.


Comments

Popular posts from this blog

Cerita Sebungkus Nasi Kuning Jadi Honor Pertama dari Menulis

Tulisan dibayar pake uang bagi sebagian blogger adalah impian.  Saya pun demikian.  Mengapa tidak? Menulis untuk uang sama sekali jauh dari kata tabu untuk diimpikan? Sebab jika penulis dipandang sebagai profesi, maka itu adalah profesi yang halal sepanjang si penulis menulis yang baik-baik saja. Hanya bagi saya, uang dari tulisan sebatas bonus tambahan untuk melengkapi rasa puas yang saya dapatkan setelah menulis. Sebab kepuasan batin adalah motif utama kenapa saya menulis.   Apalagi jika pembaca berkenan berkomentar atas tulisan yang ter publish , kepuasan itu jadinya berlipat-lipat. Pengalaman pertama tentu berkesan.  Mungkin sebagian besar orang sepakat dengan pernyataan ini.  Cinta pertama, pandangan pertama, atau cinta pada pandangan pertama dan yang pertama-pertama lainnya tentu selalu tersimpan dan terjaga dengan baik dalam memori otak. Kesan atas yang pertama-pertama makin tertancap dengan kuat dalam chip memori otak, ketika yang pertama itu telah lama diimpikan untuk menja

Berbagi Pengalaman Mengurus KTP yang Hilang pada masa Pandemi Covid19 di Dukcapil Kota Jayapura

Mungkin ada sebagian orang yang penasaran akan rupa pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kota Jayapura di masa Pandemi Covid19 ini.  Untuk itu saya akan bercerita sekelumit pengalaman pribadi ketika mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang hilang. Semoga cerita ini dapat memberikan sedikit gambaran akan rupa pelayanan publik di Dukcapil Kota Jayapura saat ini. Semua bermula ketika saban hari saya kehilangan dompet yang berisi KTP dan beberapa surat penting di dalamnya. Untuk itu, mengurus KTP yang hilang menjadi prioritas pertama dibanding surat-surat penting lainnya. Sebab untuk mengurus yang lain selalu mensyaratkan KTP. Setelah mengurus Surat Kehilangan Barang dari Kepolisian setempat, segera saya mencari informasi tentang prosedur pengurusan KTP yang hilang. Seperti biasa, bertanya ke sahabat yang sehari-hari bekerja di lingkungan Pemkot Jayapura adalah cara cepat mendapatkan informasi akurat dan terpercaya terkait pelayanan publik di kota ini.  Da

Mengintip Peluang Bisnis dari Isi Tas Corona

Model Tas Corona (Sumber : WAG)  Pandemi Covid19 mendistrupsi dunia. Sebuah realitas tak terbantahkan saat ini. Budaya manusia pun tak luput  terdistrupsi.  Sebelum musuh tak terlihat ini hadir, interaksi manusia begitu bebas tak berjarak.  Namun dengan kehadirannya, budaya social distancing , physical distancing, jaga jarak atau apapun istilahnya beserta turunan-turunannya, tiba-tiba terlahir dan menjadi budaya baru manusia seantero jagad. Fenomena ini bukan lagi evolusi tetapi revolusi budaya. Sebab dalam tempo hanya sekitar tiga bulan budaya manusia tiba-tiba berubah, dari interaksi yang begitu luwes menjadi terbatas. Perubahan budaya yang sangat cepat ini disebabkan karena sepertinya manusia terbatasi waktu untuk menformulasikan model adaptasi baru menghadapi Covid19. Dari sudut pandang sosiologi, perubahan budaya seperti ini terlahir sebagai respon manusia terhadap serangan covid19 yang mengancam eksistensinya.  Dari sudut pandang biologi, teori evolusi Charles Darwin menyebutkan