Skip to main content

Keajaiban Doa Online Seller Korban PHP Pembeli

Sumber : zeropromosi.com
"Dagang"
 meskipun hanya sampingan tetapi saya sepertinya sulit lepas darinya. Padahal untuk sekedar hidup sederhana, sebenarnya cukup tanpa dagang.  Tapi entah kenapa sepertinya saya ditakdirkan untuk jatuh cinta kepadanya. Sebuah profesi yang bisa mengangkat orang menjadi kaya memeluk langit, atau sebaliknya jatuh miskin memeluk bumi.  Kenapa saya berfikir bahwa saya telah jatuh cinta dengan dagang, karena meskipun belum kaya-kaya juga dari dagang, malah beberapa kali saya rugi karenanya,  tapi entah kenapa saya tidak bisa berhenti bersamanya.  Malah ada kepuasan tersediri terhadap koin yang tidak seberapa tetapi diperoleh dari hasil dagang dibanding koin yang lebih banyak tetapi diperoleh dari tempat lain.

Jualan online saya pun saya pilih untuk menyalurkan kecintaan saya terhadapnya. Berbagai pengalaman sebagai pedagang online pun pernah tersuguhkan.  Ada suka ada duka, kadang untung, kadang rugi. Tapi dibalik pengalaman tersebut selalu ada hikmah dibalik kejadian demi kejadian.  Untuk itu, saya akan berbagi potongan pengalaman tersebut beserta hikmanya melalui tulisan ini.  Siapa tahu bisa menginspirasi atau minimal sekedar tauAja.
  
Cerita kali ini tentang keajaiban doa online seller korban PHP pembeli.  Boleh jadi hampir semua online seller pernah megalami yang namanya di PHP pembeli.  Pembeli membatalkan pesanannya padahal sebelumnya sudah menyatakan komitmen membeli alias pembelinya memberi harapan palsu (PHP).   

Ceritanya begini, suatu malam saya mendapat orderan melalui aplikasi marketplace dari seorang pembeli yang mengorder Parfum Kopi dan meminta untuk diantar besok.  Karena sekaligus ingin menggali perilaku pembeli, saya mengantar sendiri pesanan tersebut beserta beberapa pesanan lainnya.  

Singkat cerita, setelah sampai di TKP yang disepakati, nomor kontak si pembeli tidak diangkat-angkat saat dihubungi.  Setelah berapa kali menghubungi nomor kontak tersebut, saya mulai sadar bahwa sepertinya saya di-PHP. Respon saya selanjutnya adalah saya lebih memilih berdoa semoga ada orang lain yang berminat dengan barang saya, dibanding marah-marah.  Karena saya pikir, jika pun saya marah apakah bisa menyelesaikan masalah? Apakah si pembeli tadi akan datang untuk mengambil barangnya? Sebuah kemungkinan yang tidak mungkin terjadi.  Jadi buat apa marah-marah.

Saya pun beranjak mengantar pesanan yang lain. Kali ini tidak PHP lagi malah sebaliknya.  Ibu si pembeli barang malah curhat kalau di rumahnya sering mati lampu.  Sambil curhat, dia mengintip isi tas yang saya gunakan menyimpan barang orderan.  Karena penasaran, dia kemudian bertanya :

"Itu isi tas mas, lampu emergency yah?"
"Iya," Jawabku singkat
"Sudah ada yang punya ngak?" tanya si ibu lagi
"Belum bu, saya sengaja membawa ini sebagai cadangan, kali aja ada yang mau." Jawabku sambil penuh harap ibunya minat membeli
Sepersekian detik kemudian, benar saja, Alhamdulillah si Ibu ternyata mau beli lampu itu. 

Hati senang, tentu saja.  Tapi saya tidak belama-lama terhanyut dalam euforia itu.  Saya langsung pamit sebab di dalam tas masih ada beberapa antaran lagi. Ditengah perjalanan, tiba-tiba tersadar kalau  saya sedang melintas di depan rumah sahabat kantor.  Entah kenapa saya ngebet pingin singgah.  Jujur, niat utama saya bukan ketemu dengannya tapi penasaran dengan rupa rumahnya yang baru direnovasi untuk disulap jadi penitipan anak. Lagi pula sahabat saya telah pindah ke rumah barunya. Jadi saya berfikir dia pasti tidak berada di rumah itu.

Setelah sampai di depan pagar besi bercat hitam kelam, ternyata sahabat saya ada di rumah itu.  Heran? sudah pasti, kenapa saya tiba-tiba saya nyasar ke rumahnya.  Dia pun bertanya 

" Kau dari mana?"
"Antar orderan." Jawabku singkat
Setelah bicara ngadol ngidul kate wong jowo, tiba-tiba sahabat saya bertanya lagi,
"Parfum Kopi masih ada ngak?"
"Masih" Kataku
Saya mau 10 tapi bayarannya nanti di kantor yah karena saya tidak bawa uang" Kata sahabat saya menambahkan
"Wow...orderannya 5 kali lipat dibanding orderan si pembeli PHP sebelumnya." Kataku riang dalam hati
 
Saya sempat bengong sendiri selama sepersekian detik, setelah mendengar orderan sahabat saya tadi.  Heran karena doa saya ketika di PHP pembeli, langsung dibayar tunai oleh Allah dalam waktu tidak begitu lama.  Bahkan Allah memberikan rezeki yang berlipat-lipat, tidak hanya dari sahabat saya tadi tetapi dari si Ibu yang menambah pembelian lampu emergencynya.  Bagi saya ini sebuah rezeki yang ajaib, datang dari arah tidak terduga.
 
Di perjalanan pulang, dalam hati saya sangat bersyukur dengan pilihan untuk lebih memilih berdoa dibanding marah-marah saat di PHP pembeli.  Mungkin saja,ketika  tadi memilih marah-marah, Allah tidak akan memberi rezeki dari arah tak terduga seperti hari ini.  Bukankah Allah membersamai hamba-hambanya yang sabar dan mengijabah doa hambanya yang teraniaya. Si pembeli PHP mungkin tertawa berbahak-bahak atas keberhasilan kejahilannya tetapi kita sebagai korban kejahilannya juga berhak tersenyum atas rezeki tak terduga sebagai orang teraniaya.


Comments

Popular posts from this blog

Cerita Sebungkus Nasi Kuning Jadi Honor Pertama dari Menulis

Tulisan dibayar pake uang bagi sebagian blogger adalah impian.  Saya pun demikian.  Mengapa tidak? Menulis untuk uang sama sekali jauh dari kata tabu untuk diimpikan? Sebab jika penulis dipandang sebagai profesi, maka itu adalah profesi yang halal sepanjang si penulis menulis yang baik-baik saja. Hanya bagi saya, uang dari tulisan sebatas bonus tambahan untuk melengkapi rasa puas yang saya dapatkan setelah menulis. Sebab kepuasan batin adalah motif utama kenapa saya menulis.   Apalagi jika pembaca berkenan berkomentar atas tulisan yang ter publish , kepuasan itu jadinya berlipat-lipat. Pengalaman pertama tentu berkesan.  Mungkin sebagian besar orang sepakat dengan pernyataan ini.  Cinta pertama, pandangan pertama, atau cinta pada pandangan pertama dan yang pertama-pertama lainnya tentu selalu tersimpan dan terjaga dengan baik dalam memori otak. Kesan atas yang pertama-pertama makin tertancap dengan kuat dalam chip memori otak, ketika yang pertama itu telah lama diimpikan untuk menja

Berbagi Pengalaman Mengurus KTP yang Hilang pada masa Pandemi Covid19 di Dukcapil Kota Jayapura

Mungkin ada sebagian orang yang penasaran akan rupa pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kota Jayapura di masa Pandemi Covid19 ini.  Untuk itu saya akan bercerita sekelumit pengalaman pribadi ketika mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang hilang. Semoga cerita ini dapat memberikan sedikit gambaran akan rupa pelayanan publik di Dukcapil Kota Jayapura saat ini. Semua bermula ketika saban hari saya kehilangan dompet yang berisi KTP dan beberapa surat penting di dalamnya. Untuk itu, mengurus KTP yang hilang menjadi prioritas pertama dibanding surat-surat penting lainnya. Sebab untuk mengurus yang lain selalu mensyaratkan KTP. Setelah mengurus Surat Kehilangan Barang dari Kepolisian setempat, segera saya mencari informasi tentang prosedur pengurusan KTP yang hilang. Seperti biasa, bertanya ke sahabat yang sehari-hari bekerja di lingkungan Pemkot Jayapura adalah cara cepat mendapatkan informasi akurat dan terpercaya terkait pelayanan publik di kota ini.  Da

Mengintip Peluang Bisnis dari Isi Tas Corona

Model Tas Corona (Sumber : WAG)  Pandemi Covid19 mendistrupsi dunia. Sebuah realitas tak terbantahkan saat ini. Budaya manusia pun tak luput  terdistrupsi.  Sebelum musuh tak terlihat ini hadir, interaksi manusia begitu bebas tak berjarak.  Namun dengan kehadirannya, budaya social distancing , physical distancing, jaga jarak atau apapun istilahnya beserta turunan-turunannya, tiba-tiba terlahir dan menjadi budaya baru manusia seantero jagad. Fenomena ini bukan lagi evolusi tetapi revolusi budaya. Sebab dalam tempo hanya sekitar tiga bulan budaya manusia tiba-tiba berubah, dari interaksi yang begitu luwes menjadi terbatas. Perubahan budaya yang sangat cepat ini disebabkan karena sepertinya manusia terbatasi waktu untuk menformulasikan model adaptasi baru menghadapi Covid19. Dari sudut pandang sosiologi, perubahan budaya seperti ini terlahir sebagai respon manusia terhadap serangan covid19 yang mengancam eksistensinya.  Dari sudut pandang biologi, teori evolusi Charles Darwin menyebutkan