Skip to main content

Pandemi Corona Momen yang Tepat Harmonisasi Relasi Antara Buruh dengan Pengusaha

Demo Buruh (Sumber : riautribune.com)
Relasi antara buruh dengan pengusaha selama ini selalu berada pada dua kutub berlawanan.  Akar masalahnya adalah buruh menuntut upah setinggi-tingginya sementara pengusaha menginginkan upah serendah-rendahnya untuk memaksimalkan revenue.

Dengan terjadinya pandemik corona, unit-unit usaha yang mempekerjakan buruh banyak berhenti beroperasi. Sistem produksi tidak berjalan. Situasi ini akhirnya menempatkan keduanya pada situasi yang sama yaitu sama-sama rugi.  Buruh kehilangan penghasilan karena pemutusan hubungan kerja (PHK), sementara pengusaha merugi karena unit usaha tidak beroperasi.  Keduanya berada pada posisi rugi karena korona.

Realitas ini seharusnya bisa menyadarkan kedua belah pihak bahwa pada esensinya, relasi keduanya adalah simbiosis mutualisme.  Mereka saling membutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, buruh membutuhkan pekerjaan yang disediakan pengusaha, sementara di sisi lain pengusaha butuh buruh untuk menjalankan unit-unit usahanya. Berpijak dari kesadaraan tersebut, sudah saatnya relasi keduanya diperbaiki.  Ciptakan relasi yang saling menguntungkan sebagaimana esensi simbiosis mutualisme.  Struktur pengupahan yang selama ini menjadi titik permasalahan sebaiknya diformulasi ulang.  

Salah satu formula pengupahan baru yang mungkin bisa mengakomodasi keinginan keduanya adalah sistem bagi hasil.  Jadi ketika unit usaha mendapat revenue yang lebih maka ada insentif tambahan kepada para buruh dan sebaliknya jika perusahaan merugi maka upah buruh pun disesuaikan.  Model pengupahan seperti ini akan memotivasi buruh bekerja lebih maksimal karena akan reward jika revenue unit usaha meningkat berupa insentif tambahan, dan di sisi lain ketika buruh bekerja maksimal, revenue unit usaha akan meningkat yang tentu saja menguntungkan pengusaha juga.  Jadi tercipta situasi sama-sama untung dan keduanya berdiri pada kutub yang sama. Harmonis bukan?

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Sebungkus Nasi Kuning Jadi Honor Pertama dari Menulis

Tulisan dibayar pake uang bagi sebagian blogger adalah impian.  Saya pun demikian.  Mengapa tidak? Menulis untuk uang sama sekali jauh dari kata tabu untuk diimpikan? Sebab jika penulis dipandang sebagai profesi, maka itu adalah profesi yang halal sepanjang si penulis menulis yang baik-baik saja. Hanya bagi saya, uang dari tulisan sebatas bonus tambahan untuk melengkapi rasa puas yang saya dapatkan setelah menulis. Sebab kepuasan batin adalah motif utama kenapa saya menulis.   Apalagi jika pembaca berkenan berkomentar atas tulisan yang ter publish , kepuasan itu jadinya berlipat-lipat. Pengalaman pertama tentu berkesan.  Mungkin sebagian besar orang sepakat dengan pernyataan ini.  Cinta pertama, pandangan pertama, atau cinta pada pandangan pertama dan yang pertama-pertama lainnya tentu selalu tersimpan dan terjaga dengan baik dalam memori otak. Kesan atas yang pertama-pertama makin tertancap dengan kuat dalam chip memori otak, ketika yang pertama itu telah lama diimpikan untuk menja

Berbagi Pengalaman Mengurus KTP yang Hilang pada masa Pandemi Covid19 di Dukcapil Kota Jayapura

Mungkin ada sebagian orang yang penasaran akan rupa pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kota Jayapura di masa Pandemi Covid19 ini.  Untuk itu saya akan bercerita sekelumit pengalaman pribadi ketika mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang hilang. Semoga cerita ini dapat memberikan sedikit gambaran akan rupa pelayanan publik di Dukcapil Kota Jayapura saat ini. Semua bermula ketika saban hari saya kehilangan dompet yang berisi KTP dan beberapa surat penting di dalamnya. Untuk itu, mengurus KTP yang hilang menjadi prioritas pertama dibanding surat-surat penting lainnya. Sebab untuk mengurus yang lain selalu mensyaratkan KTP. Setelah mengurus Surat Kehilangan Barang dari Kepolisian setempat, segera saya mencari informasi tentang prosedur pengurusan KTP yang hilang. Seperti biasa, bertanya ke sahabat yang sehari-hari bekerja di lingkungan Pemkot Jayapura adalah cara cepat mendapatkan informasi akurat dan terpercaya terkait pelayanan publik di kota ini.  Da

Mengintip Peluang Bisnis dari Isi Tas Corona

Model Tas Corona (Sumber : WAG)  Pandemi Covid19 mendistrupsi dunia. Sebuah realitas tak terbantahkan saat ini. Budaya manusia pun tak luput  terdistrupsi.  Sebelum musuh tak terlihat ini hadir, interaksi manusia begitu bebas tak berjarak.  Namun dengan kehadirannya, budaya social distancing , physical distancing, jaga jarak atau apapun istilahnya beserta turunan-turunannya, tiba-tiba terlahir dan menjadi budaya baru manusia seantero jagad. Fenomena ini bukan lagi evolusi tetapi revolusi budaya. Sebab dalam tempo hanya sekitar tiga bulan budaya manusia tiba-tiba berubah, dari interaksi yang begitu luwes menjadi terbatas. Perubahan budaya yang sangat cepat ini disebabkan karena sepertinya manusia terbatasi waktu untuk menformulasikan model adaptasi baru menghadapi Covid19. Dari sudut pandang sosiologi, perubahan budaya seperti ini terlahir sebagai respon manusia terhadap serangan covid19 yang mengancam eksistensinya.  Dari sudut pandang biologi, teori evolusi Charles Darwin menyebutkan